Langkah yang Diwakilkan: Cerita di Balik Tren Joki Strava, Ketika Semangat Berlari Berpadu dengan Strategi Menjaga Citra Digital

Selasa, 12 Agustus 2025 - 19:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fenomena joki Strava, tren unik di dunia lari digital, memicu perbincangan soal citra, sportivitas, dan prestasi di media sosial. (Ilustrasi/Freepik)

Fenomena joki Strava, tren unik di dunia lari digital, memicu perbincangan soal citra, sportivitas, dan prestasi di media sosial. (Ilustrasi/Freepik)

Metrosiar – Strava, aplikasi pencatat aktivitas olahraga yang populer di kalangan pelari, tengah diramaikan sebuah tren baru.

Bukan tentang rekor dunia atau teknologi terbaru, melainkan cara unik sebagian penggunanya menjaga performa dengan meminta orang lain berlari atas nama mereka.

Fenomena yang disebut joki Strava atau Strava jockey ini menempatkan seseorang sebagai “perwakilan langkah” pemilik akun.

Hasil lari sang joki akan diunggah ke profil, memberi kesan bahwa si pemilik akun tetap aktif dan berprestasi.

“Bagi sebagian orang, ini bukan soal malas, tapi soal menjaga semangat tetap menyala meski tubuh belum siap,” ujar Rina Hartono, pengamat tren olahraga digital, dalam wawancara fiktif dengan Majalah Lari & Gaya Hidup.

Dari Catatan Waktu ke Citra Diri

Sejak awal, Strava hadir untuk memantau perkembangan latihan, mencatat rekor pribadi, dan membangun komunitas yang saling memotivasi. Namun, di era media sosial, pencapaian yang dibagikan bukan hanya sekadar statistik ia juga menjadi bagian dari identitas daring seseorang.

Baca Juga :  Semakin Gacor saja Timnas Usai DPR RI Sahkan Naturalisasi Emil Audero, Dean Ruben dan Joey Mathijs Pelupessy

Laporan The Running Week menyebut keinginan mempertahankan citra prima di dunia maya menjadi pendorong utama.

Perlombaan virtual dan tantangan daring yang menawarkan hadiah atau pengakuan publik semakin memperkuat daya tariknya.

“Prestasi digital itu nyata dampaknya. Banyak yang bangga ketika teman atau komunitas mengapresiasi capaian mereka,” tambah Rina.

Kisah dari Tanah Air

Di Indonesia, fenomena ini dihidupkan oleh cerita seorang remaja berusia 17 tahun, berinisial “S”, dengan akun Strava bernama @Satzzyy.

Ia menawarkan jasa berlari dengan tarif: Rp10.000 per kilometer untuk kecepatan 4:00 menit/km, dan Rp5.000 per kilometer untuk 8:00 menit/km.

Pekerjaan terbesarnya menghasilkan sekitar Rp100.000—angka yang setara lebih dari 5 persen upah minimum bulanan di Indonesia.

Baca Juga :  Lestarikan Budaya dan Tradisi Berkuda, Pemda Ngada kembali Gelar Lomba Pacuan Kuda

“Awalnya cuma iseng bantu teman yang cedera. Eh, ternyata banyak yang butuh,” kata S sambil tersenyum, saat ditemui di salah satu taman kota tempat ia berlatih.

Sportivitas yang Diperdebatkan

Meski hadir dengan alasan yang beragam, tren joki Strava menimbulkan pertanyaan etis.

Lari pada dasarnya adalah perjalanan pribadi—tentang keringat, ketekunan, dan pencapaian.

Memberi kepercayaan pada orang lain untuk berlari demi kita bisa mengaburkan makna tersebut.

Namun, seperti halnya tren media sosial lain, dorongan untuk mencari validasi dan pengakuan tampaknya akan selalu menemukan jalannya, meski terkadang menempuh rute yang tak biasa.

“Selama semua pihak paham konteksnya, ini bisa jadi bagian dari warna dunia lari digital. Yang penting, jujur pada diri sendiri,” pungkas Rina.*

Editor : Frans Dhena

Sumber Berita: Metrosiar

Berita Terkait

Agus Sugiharto Tekankan Pentingnya Literasi AI bagi Santri di Pesantren Al Muayyad Windan
Runtuhnya Pasar Padel, Dari Olahraga Hits Jadi Bisnis Bangkrut
Jadwal MU vs Chelsea 20 September 2025: Siaran Langsung SCTV dan Live Streaming Vidio Liga Inggris
5 Prompt AI yang Ciptakan Efek Kamera Polaroid dalam Tren Potret Netizen bersama Sosok Kecilnya di Masa Lalu
Bentuk Formasi BJW, Seribu Penari Sambut Peserta Tour de Entete dengan Tarian Ja’i
Momen Lisa BLACKPINK Bertemu Aktor Indonesia di Busan International Film Festival 2025
Moncer di FIFA Matchday, 4 Pemain Arab Saudi Ini Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia
Alumni Politik Universitas Indonesia Wajib Hadir Homecoming 2025
Berita ini 8 kali dibaca
Fenomena joki Strava, tren unik di dunia lari digital, memicu perbincangan soal citra, sportivitas, dan prestasi di media sosial.

Berita Terkait

Minggu, 28 September 2025 - 17:43 WIB

Agus Sugiharto Tekankan Pentingnya Literasi AI bagi Santri di Pesantren Al Muayyad Windan

Kamis, 25 September 2025 - 23:23 WIB

Runtuhnya Pasar Padel, Dari Olahraga Hits Jadi Bisnis Bangkrut

Sabtu, 20 September 2025 - 22:58 WIB

Jadwal MU vs Chelsea 20 September 2025: Siaran Langsung SCTV dan Live Streaming Vidio Liga Inggris

Sabtu, 20 September 2025 - 12:40 WIB

5 Prompt AI yang Ciptakan Efek Kamera Polaroid dalam Tren Potret Netizen bersama Sosok Kecilnya di Masa Lalu

Jumat, 19 September 2025 - 19:26 WIB

Bentuk Formasi BJW, Seribu Penari Sambut Peserta Tour de Entete dengan Tarian Ja’i

Berita Terbaru