Metrosiar – Sampah bukan lagi sekadar masalah lingkungan, melainkan peluang energi masa depan.
Pemerintah Indonesia kini menyiapkan langkah besar melalui proyek waste to energy atau Stasiun Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) yang akan dibangun di 33 kota di seluruh Tanah Air.
Proyek ambisius ini menjadi bagian dari strategi nasional mengatasi krisis sampah sekaligus memperkuat kemandirian energi berbasis teknologi ramah lingkungan.
Dengan nilai investasi mencapai Rp91 triliun, proyek ini digadang-gadang menjadi salah satu transformasi terbesar dalam pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia.
🔹 Sampah Jadi Sumber Daya

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti menilai, proyek waste to energy merupakan langkah nyata pemerintah untuk menjawab persoalan yang sudah bertahun-tahun menumpuk tanpa solusi permanen.
“Kalau program Presiden RI terkait waste to energy, itu saya pikir itu adalah suatu upaya untuk mengatasi masalah sampah, karena sampai dengan saat ini masalah sampah ini juga tidak teratasi dengan baik,” ujarnya di Jakarta, Senin (13/10/25).
Ia menjelaskan, Presiden Prabowo Subianto ingin agar tumpukan sampah yang menjadi beban kota besar dapat diubah menjadi sumber energi listrik dengan memanfaatkan teknologi modern. Pemerintah juga membuka peluang kerja sama dengan PLN dan berbagai pihak swasta agar proyek ini berjalan optimal.
Namun, Diana mengingatkan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kesiapan dan peran aktif pemerintah daerah.
“Kita memahami dahulu dan kita harus memahami bersama, sehingga apa yang sudah direncanakan, dicita-citakan ini harus bisa terlaksana dengan baik,” katanya.
Menurutnya, koordinasi antara pusat dan daerah penting dilakukan sejak tahap perencanaan agar tidak ada hambatan dalam pelaksanaan proyek di lapangan.
🔹 Investasi Besar, Dampak Luas

Dari sisi pendanaan, proyek waste to energy mendapat dukungan kuat dari sektor investasi.
Executive Officer Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia), Rosan Roeslani, menyebutkan total investasi yang dibutuhkan mencapai Rp91 triliun untuk pembangunan 33 fasilitas PSEL di berbagai daerah.
Setiap stasiun PSEL diproyeksikan mampu mengelola 1.000 ton sampah per hari, menghasilkan energi listrik yang dapat disalurkan langsung ke jaringan PLN.
Ia menegaskan bahwa program waste to energy sangat penting karena tidak hanya memberikan dampak positif terhadap penyediaan listrik, tetapi juga terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Menurut Rosan, proyek ini telah menarik minat banyak investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Bahkan, pihaknya akan menampilkan showcase proyek dalam ajang Indonesia Sustainability Forum (ISF) tahun ini untuk memperlihatkan kesiapan Indonesia menuju energi bersih.
🔹 Transparan dan Berkelanjutan

Peluncuran resmi proyek nasional waste to energy direncanakan berlangsung awal November 2025. Pemerintah menegaskan bahwa seluruh proses akan dilakukan secara terbuka dan transparan melalui sistem lelang agar partisipasi investor dapat berjalan adil dan kompetitif.
Rosan menambahkan, proyek ini bukan sekadar investasi jangka pendek, melainkan tonggak transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
“Peluncuran resmi program ini direncanakan berlangsung pada awal November 2025, melalui proses lelang terbuka yang bisa diikuti oleh berbagai pihak,” katanya.
Pemerintah berharap proyek ini dapat menjadi contoh nyata bahwa pengelolaan sampah tidak hanya berfungsi menekan pencemaran lingkungan, tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi dan energi bersih yang bermanfaat bagi masyarakat.
🔹 Langkah Menuju Masa Depan Hijau

Jika berjalan sesuai rencana, proyek waste to energy akan menjadi lompatan besar bagi Indonesia dalam upaya mewujudkan kota-kota bebas sampah sekaligus mandiri energi.
Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan investor, Indonesia bersiap menuju masa depan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan bertenaga.*
Editor : Nedu Wodo
Sumber Berita: Metrosiar